Oleh: Ni Komang Ary Utami
Di suatu lembah yang subur, hiduplah sekelompok binatang yang hidupnya aman dan nyaman tanpa ada suatu kekurangan. Lembah itu menyediakan bayak makanan bagi para hewan yang tinggal disana. Sumber mata air yang segar dan pohon pohon yang berbuah sepanjang hari tanpa mengenal musim apapun. Semua hewan hidup dengan bahagia.
Suatu hari bertemulah seekor monyet dengan burung kenari yang sedang mematuk-matuk di tanah. “Apa yang sedang kau lakukan burung kenari?” Tanya monyet. Burung kenari memandang monyet itu dan berkata “Aku sedang mengumpulkan biji-bijian.” Mendengar jawaban burung kenari, monyet tertawa terbahak-bahak. “ Ha..ha..ha, untuk apa kau mengumpulkan biji-bijin itu? Lihatlah di sekelilingmu, begitu banyak buah-buahan yang bisa kau makan. Kenapa kau malah mengumpulkan sesuatu yang di buang?”
Namun, burung kenari tidak memperdulikan perkataan monyet itu dan tetap mengumpulkan biji buah-buahan dan membawanya ke atas bukit.
Esok harinya, monyet bertemu kembali dengan burung kenari. Kali ini monyet membawa buah anggur di tangannya. “Hai burung kenari, kau sedang mencari biji-bijian ya?” Pantas saja kau tidak bertambah besar, yang kau makan adalah bijinya, bukan buahnya, ha..ha..ha,” ejek monyet. Burung kenari hanya diam dan terus mengumpulkan biji-biji anggur yang dibuang oleh monyet.
Suatu hari turun hujan lebat berhari-hari, lembah itu tertutup oleh air. Semua binatang mengungsi ke tempat yang lebih tinggi di atas bukit. Mereka kedinginan dan kelaparan. Ketika hujan berhenti, mereka turun untuk mencari makanan. Namun, semua pohon tumbang tersapu air hujan, tidak ada lagi buah-buahan untuk di makan.
“Aku lapar, mengapa tidak ada makanan dan buah sama sekali?” rintih monyet sambil melihat ke kanan dan ke kiri sambil berharap menemukan buah yang bisa dimakan.
Setelah menyusuri lembah. Monyet bertemu dengan burung kenari. “Hai burung kenari, kau kan bisa terbang tinggi, maukah engkau menunjukkan padaku di manakah ada buah yang bisa ku makan? Aku lapar sekali,” tanya monyet.
“Mari ikuti aku,” ajak burung kenari. Monyet pun mengikuti burung kenari menuju ke atas bukit. Betapa terkejutnya monyet melihat halaman rumah yang penuh dengan pohon yang berbuah lebat. Pisang, anggur, mangga, papaya, dan banyak buah yang lainnya.
“Rumah siapakah ini, bagaimana bisa begitu banyak pohon buah tumbuh di halaman rumah ini?” tanya monyet heran.
“Inilah rumah ku, sudah sejak lama aku mengumpulkan biji buah-buahan dan menanamnya di halaman rumhku. Aku merawatnya dengan sepenuh hati, menyiramnya, dan membersihkan rumput-rumput liar yang tumbuh,” jawab burung kenari.
“Ooh…, itu sebabnya engkau mengumpulkan biji buah-buahan yang dibuang. Kenapa aku tidak terpikir untuk menanamnya sepertimu ya?”
Burung kenari juga memberi tahu hewan-hewan yang lain untuk mengambil buah-buahan di halaman rumahnya. Sejak itu setiap kali mereka memakan buah, mereka menyisihkan biji-bijinya untuk ditanam kembali, agar mereka tidak kelaparan lagi.
Penulis cerita:
Ni Komang Ary Utami, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Bali, STKIP Agama Hindu Amlapura. Selain menulis dongeng, ia juga aktif menulis puisi.