Dampak Covid-19 terhadap Pariwisata Bali
oleh: Ni Kadek Sujani
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).Virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari saluran pernapasan, misalnya ketika berada di ruang tertutup yang ramai dengan sirkulasi udara yang kurang baik atau kontak langsung dengan droplet. Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri khususnya di Bali juga diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.
Sektor pariwisata menjadi yang paling terdampak terhadap pandemi Covid-19 di Bali yang menjadi destinasi wisata utama di Indonesia. Situasi pandemi Covid-19 telah meningkatkan ketidakpastian pada berbagai situasi baik itu dari sisi ekonomi, pekerjaan, keuangan, relasi dan tentu saja kesehatan fisik dan mental yang kita miliki. Dampak dari sisi perekonomian pun cukup signifikan dirasakan Provinsi bali dengan pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi paling kecil dibandingkan dengan Provinsi lain di Indonesia. Meski demikian, penanganan Covid-19 di Bali cukup terkendali dengan angka positivity rate dibawah rerata nasional dan tingkat kesembuhan yang lebih tinggi dibanding rerata nasional.
Di sektor pariwisata, Bali terkena dampak terdalam termasuk pekerja kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Lebih daripada 100 ribu tenaga kerja sektor formal mengalami pemutusan hubungan kerja, baik itu pemandu wisata, nelayan, buruh, pariwisata perdagangan dan sebagainya. Provinsi Bali memang selama ini sangat tergantung dari sektor pariwisata. Kunjungan wisatawan mancanegara berkurang hampir 99%. Akibatnya Bali merugi sekitar triliunan rupiah per bulannya. Bali sangat terpuruk karena ketergantungan pada sektor pariwisata. Sementara daerah lain lebih tahan. Dampak Covid-19 lebih parah dibandingkan Bom Bali dan Erupsi Gunung Agung.
Rendahnya tingkat hunian hotel semakin dirasakan oleh pelaku pariwisata atau pemilik hotel. Bahkan katanya puluhan hotel dari berbagai tingkatan akan dijual oleh pemiliknya sebab tentu tidak bisa membayar kewajibannya di bank karena ada hutang di bank pengembalian pinjaman. Walaupun dikasi relaksasi tapi tetap kewajibannya harus dibayar.
Akibatnya, saat ini kebanyakan pelaku pariwisata membangun usaha/pekerjaan lain, seperti di bidang kuliner, perkebunan, ataupun usaha tani. Orang-orang dan pelaku wisata terus menggali ide-ide ekonomi kreatif untuk menyambung kehidupan keluarganya. Pada umumnya kita menginginkan terjaminnya situasi yang aman. Keamanan adalah esensi dasar dari sebuah kehidupan.
Rasa aman yang kita miliki akan membuat kita mampu mengendalikan hidup kita termasuk mengupayakan terjadinya kesejahteraan dalam kehidupan yang kita jalani. Ketakutan dan ketidakpastian dapat membuat seseorang mengalami stres, kecemasan serta mengalami ketidakberdayaan atas arah hidup yang sudah direncanakan. Hal yang penting perlu kita diketahui adalah, di antara kekhawatiran, ketakutan, ketidakjelasan, perasaan tidak berdaya dan putus asa, seharusnya membuat kita mencari cara untuk untuk dapat mengatasi perasaan tidak nyaman itu.
Hampir tidak ada hal-hal dalam kehidupan kita yang dapat dipastikan. Situasi pandemi Covid-19 lebih memperburuk situasi ini. Pemerintah telah berupaya membantu para karyawan yang dirumahkan. Upaya itu seperti menyalurkan bantuan, baik dari Pemprov Bali, BUMN, maupun Kementrian Pariwisata secara adil dan merata. Tanpa pandemi Covid-19, ketidakpastian itu tidak ada. Meskipun kita memiliki cara-cara untuk mengendalikan. Namun, kita tidak memiliki kuasa secara mutlak untuk mengendalikan semua yang terjadi pada kita.
Banyak hal di dunia ini yang tidak pasti dan di luar kendali kita. Sementara penyebaran virus Corona tetap terjadi, maka yang perlu dilakukan adalah bagaimana kita bisa mengurangi penyebarannya. Tentu saja, yang kita mampu lakukan seperti selalu menggunakan masker, mencuci tangan secara teratur, menghindari kerumunan, pergi jika memang ada hal perlu dan lakukan secepat mungkin yang bisa kita lakukan sesuai dengan keperluan. Jika pada situasi yang lain misalnya kehilangan pekerjaan, maka yang dapat kita kontrol adalah tetap bersemangat dan mengupayakan untuk mencari pekerjaan melalui internet/metode lain.
Jadi kata kuncinya lakukan semua hal yang bisa kita kontrol semampu yang kita bisa. Dengan melakukan hal seperti ini maka kita dapat mengendalikan masalah dan mengalihkan pikiran kekhawatiran yang menyita energi dan tidak efektif menjadi pemecahan masalah yang aktif dan efektif. Belum ada obat yang benar-benar efektif untuk mengatasi infeksi virus Corona atau COVID-19. Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi pasien dan tingkat keparahannya. Beberapa pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala akan di sarankan untuk melakukan protokol isolasi mandiri di rumah sambil tetap melakukan langkah pencegahan penyebaran infeksi Virus Corona.
(Ni Kadek Sujani merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Bali angkatan 2020/2021)