oleh: I WAYAN MARDANA PUTRA*)
*) Penulis adalah mahasiswa semester VII Program Studi Pendidikan Bahasa Bali, STKIP Agama Hindu Amlapura
PENDAHULUAN
Angan-angan bangsa ini untuk membangun Indonesia emas pada tahun 2045 bukanlah perkara mudah. Bangsa ini harus sadar diri bahwa Indonesia emas tersebut dapat terwujud apabila segala persoalan yang melanda negeri ini dapat sedikit demi sedikit diatasi. Permasalahan tersebut terkadang muncul karena bangsa ini berbhineka. Oleh karena itu, kebhinekaan ini janganlah dijadikan sebagai sumber untuk memunculkan berbagai persoalan, tetapi sebagai bangsa yang berbudaya, kebhinekaan ini hendaknya dijadikan sebagai simpul perekat kebersamaan dan pengembangan peradaban manusia Indonesia.
Membangun Indonesia emas 2045 juga tidak dapat dilepaskan dengan perkembangan teknologi yang telah melesat dan merasuki setiap sendi-sendi kehidupan manusia. Tidak ada hal sekecil apapun yang kini luput dari sentuhan teknologi. Hal itu secara tidak langsung telah mengindikasikan bahwa peradaban manusia juga telah berkembang sedemikian pesatnya dalam mencipta berbagai teknologi dan memanfaatkan teknologi yang ada. Ilmu-ilmu sains dan teknologi yang berkembang telah mampu membawa manusia pada perubahan yang maha dahsyat.
Dewasa ini gadget dan internet sangat banyak digunakan pada semua lapisan masyarakat dan dari berbagai status sosial masyarakat. Tua, muda, miskin, kaya, dan hampir semua memiliki fasilitas gadget yang digunakan untuk mempermudah komunikasi antarsesama, mempersingkat alur yang harus ditempuh untuk bertemu, dan membantu segala macam hal dalam segala aspek kehidupan manusia. Internet pula saat ini tengah menjadi primadona di kalangan masyarakat khususnya remaja-remaja sosialita yang sangat ketergantungan dengan si “pintu dunia” berikut dengan “kunci dunia” itu. Hampir sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk “berselancar” di dunia maya, entah untuk menghibur diri dengan menonton video lucu, update berita, stalking seseorang yang dikagumi, koordinasi dalam kegiatan sekolah, dan masih banyak hal lainnya yang dilakukan di dunia maya. Banyak kegiatan itulah yang membuat anal-anak remaja zaman now sangat kecanduan dengan gadget dan juga internet.
Namun, dalam kedahsyatan perkembangan teknologi (gadget dan internet) tersebut tidak terlepas pula dengan berbagai ancaman dan dampak negatif yang ditimbulkannya. Ancaman atau dampak negatif yang dimaksud, misalnya dengan kecanggihan teknologi orang mencari uang dengan jalan menipu melalui pemanfaatan teknologi, dengan kecanggihan teknologi orang begitu cepatnya dapat menyebar berita hoax yang mampu mengadu domba pihak-pihak tertentu sehingga berpotensi menyulut perpecahan, dan berbagai ancaman atau dampak negatif lainnya. Ancaman dan dampak negatif ini apabila tidak diantisipasi tentu justru akan membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia yang sedang dalam tahap perkembangan ini. Jika demikian adanya, wacana mewujudkan Indonesia emas 2045 hanyalah tinggal wacana.
Indonesia emas 2045 bisa diwujudkan jika generasi emas terwujud. Generasi emas inilah yang menjadi generasi penerus untuk membangun Indonesia yang mapan dan sejahtera. Generasi emas Indonesia adalah mereka yang memiliki kualitas diri yang mumpuni untuk membangun Indonesia di masa depan. Generasi emas ini harus ditempa dengan berbagai pengetahuan sehingga mampu memanfaatkan pengetahuan/sains dan teknologi secara bijak.
Faktanya kini adalah generasi Indonesia tidak dapat dilepaskan dari gadget. Berbagai hal bisa dicari melalui gadget. Apabila ini dimanfaatkan secara baik tentu akan membawa hasil yang baik. Namun, apabila generasi Indonesia memanfaatkan gadget ini untuk kepentingan-kepentingan yang tidak benar, tentu generasi ini akan membawa kehancuran bagi Indonesia. Oleh karena itu, hal inilah perlu diperangi dan diupayakan agar generasi emas Indonesia bisa bijak dalam memanfaatkan teknologi.
Kecanggihan teknologi tersebut melahirkan generasi N. Generasi emas ini disebut generasi N karena generasi ini tidak dapat dilepaskan dari internet. Bagi generasi N, tiada hari tanpa internet. Internet sebagai salah satu wujud kecanggihan teknologi telah menjadi kebutuhan vital bagi generasi N. Berbagai hal-hal negatif yang mungkin terjadi akibat kecanggihan teknologi tersebut perlu diantisipasi agar generasi N tidak terjerumus ke jurang kehancuran. Kalau terjerumus ke jurang kehancuran, bagaimana mungkin generasi N bisa membangun Indonesia emas 2045. Oleh karena itu, pada esai ini diungkapkan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang terjadi sebagai akibat kecanggihan teknologi yang ada.
ISI
Dalam teori generasi (generation theory) ada 5 (lima) jenis generasi yang disebutkan oleh Graeme Condrington & Sue Grant-Marshall, Penguin (2004), yakni generasi baby boomer, generasi X, generasi Y, generasi Z, dan generasi Alpha. Generasi baby boomer merupakan sebutan bagi mereka yang lahir pada periode 1946-1964. Generasi X merupakan sebutan bagi mereka yang lahir pada tahun 1965-1980. Generasi Y merupakan sebutan bagi mereka yang lahir pada 1981-1994, yang disebut pula generasi millenial. Generasi Z merupakan sebutan bagi mereka yang lahir pada tahun 1995-2010 yang disebut pula generasi-net atau generasi internet atau i-generation. Generasi Alpha merupakan sebutan bagi mereka yang lahir pada periode 2011-2025 (Simbolon, 2017).
Berdasarkan hal itu sesungguhnya dapat diketahui usia para generasi itu kini (2018). Generasi baby boomer adalah mereka yang kini (2018) berusia 54-72 tahun. Generasi X adalah mereka yang kini (2018) berusia 38-53 tahun. Generasi Y merupakan mereka yang kini (2018) berusia 24-37 tahun. Generasi Z merupakan mereka yang kini (2018) berusia 8-23. Generasi Alpha adalah mereka yang berusia 7 tahun ke bawah. Generasi Alpha ini lahir dari generasi Z, artinya orang tua generasi alpha ini adalah orang tua dari generasi Z.
Generasi N atau generasi Z ini akan berpengaruh dalam pembentukan generasi emas Indonesia 2045. Generasi N atau generasi Z inilah yang menjadi orang tua bagi lahirnya generasi Alpha (generasi A). Oleh karena itu, pola-pola pengasuhan ataupun pendidikan yang diterapkan oleh generasi N atau generasi Z ini menjadi penentu bagi terwujudnya generasi emas Indonesia 2045 yang nantinya akan dikuasai oleh generasi Alpha (generasi A).
Internet hadir di Indonesia pada tahun 1990 dan baru pada 1994 Indonet hadir sebagai penyelenggara jasa internet komersial perdana di negeri ini (Adam, 2017). Sejauh ini, generasi Z atau generasi N dikenal sebagai generasi yang memiliki karakter yang lebih tidak fokus daripada generasi millennial, tetapi serba bisa; lebih individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka, lebih cepat terjun ke dunia kerja, lebih wirausahawan, dan tentu saja lebih ramah teknologi. Kedekatan generasi Z atau generasi N ini dengan teknologi sekaligus membuktikan masa depan sektor tersebut akan semakin cerah di tangan mereka.
Menurut Adam (2017), berdasarkan hasil survei Nielsen, generasi Z atau generasi N telah memengaruhi perputaran ekonomi dunia sebagai 62% konsumen pembeli produk elektronik. Hal ini dipengaruhi oleh kehidupan para generasi N ini yang sudah serba terkoneksi dengan internet. Generasi N merupakan generasi paling berpengaruh, unik, dan beragam dari yang pernah ada. Apapun yang dilakukan oleh generasi ini, sebagian besar di antara mereka berhubungan di dunia maya dan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih, yang tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.
Kecintaan para generasi terhadap teknologi semakin hari semakin meningkatkan angka kelahiran Generasi N, dari generasi ke generasi. Generasi adalah sebutan bagi orang yang ada di dalam kelompok usia yang sama. Pada zaman dahulu, jarak antar generasi dipatok 30 tahun. Akan tetapi, dewasa ini dengan perkembangan zaman yang semakin cepat berubah, perbedaan generasi pun rentang jaraknya menjadi begitu dekat atau tidak terpaut jauh dari segi usia. Sementara itu, generasi N atau “Net Generation” adalah istilah untuk generasi dengan rentang usia 8-23 tahun yang sangat “bersabahat karib” dengan internet. Istilah ini merujuk pada persebaran internet yang dimulai pada tahun 1990-an. Generasi N juga dapat disebut sebagai “network generation”. Penggunaan istilah NET disebabkan internet terhubung melalui jaringan (network) komunikasi elektronik. Ciri khas Generasi N adalah memiliki minat yang besar terhadap MP3, DVD, ponsel, dan lain-lain serta sangat amat terpengaruh oleh trend.
Generasi N bisa dikatakan sebagai generasi yang akan mampu melampaui generasi-generasi sebelumnya, sebab dengan kemampuannya dalam mengawal, memanfaatkan, dan memanipulasi gadget serta internet Generasi N dapat dengan mudah untuk menjangkau seisi dunia hanya dengan sekali klik. Demi mewujudkan generasi yang brillian dan “berotak emas” kemampuan generasi N dapat dimanfaatkan, dilatih, serta ditingkatkan untuk meningkatkan sumber daya manusia demi memajukan peradaban. Apalagi Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, sehingga banyak sekali proses yang harus dilalui oleh Indonesia agar bisa mencapai masa kejayaannya atau masa emasnya.
Pemerintah Indonesia sudah memiliki ancang-ancang membangun “jalan” yang harus ditempuh dan dilalui demi mencapai masa kejayaan tersebut. Seperti dilansir dari Kompas.com ada beberapa hal yang sedang dipersiapkan oleh pemerintah untuk hal itu, yaitu pembangunan insfrastruktur, pengolahan, dan juga industri khususnya pariwisata. Yang terpenting lagi adalah membangun akses internet yang memudahkan para generasi untuk melihat “dunia”. Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat tahun 2030 sebanyak kurang lebih 52% penduduk Indonesia dalam usia produktif atau usia kerja ini merupakan kabar gembira bagi Indonesia dan juga para Generasi N. Generasi N adalah generasi yang sangat akrab dengan internet, sehingga tidak menutup kemungkinan, saat generasi N dalam usia produktif maka sumber daya manusia yang dibutuhkan akan meningkat secara drastis. Hal itu bisa terjadi karena penguasaan teknologi oleh generasi N yang sangat mumpuni sehingga mampu menjangkau seluruh aspek atau bidang pembangun.
Bahkan terdapat ungkapan “kuasai IT sama dengan menguasai dunia.” Ungkapan inilah yang cocok untuk mewakili para Generasi N, sebab kelebihan mereka dalam penguasaan IT akan menjadi “senjata” ampuh untuk mengimbangi perkembangan zaman dan memajukan peradaban. Dalam pembangunan infrastruktur, generasi N dapat memanfaatkan IT secara signifikan untuk mengefesienkan waktu kerja, sehingga akan memangkas pembengkakan dana. Pada bidang pengolahan sumber daya alam akan dapat maksimal dilakukan bukan hanya barang setengah jadi. Dengan kemampuan teknologi yang mumpuni generasi N akan mampu mengolah sumber daya alam yang siap diekspor ke negara tetangga, serta dalam bidang industri khususnya pariwisata generasi N dapat menjangkau akses ke seluruh dunia dalam bidang pemarasan, dan kemudahan-kemudahan akomodasi, transportasi kepada para tamu hanya dengan sekali “tik” dan sekali “klik”.
Namun, Tim Berners-Lee mengatakan, “you affect the world by what you browse” yang artinya kamu memengaruhi dunia dengan apa yang kamu jelajahi. Kalimat ini cocok ditujukan kepada Generasi N, sebab bukan tidak mungkin pula para generasi N memiliki satu tujuan yang sama, yaitu memajukan peradaban demi menyongsong masa emas. Beda kepala, beda isi pikiran, karena pengaruh negatif beberapa generasi N mungkin malah akan melakukan hal-hal yang merugikan untuk dirinya ataupun masyarakat luas. Misalnya dengan meretas situs-situs pemerintahan dan membocorkan rahasia negara, melakukan perdagangan gelap via internet, menyebarluaskan hal berbau sara lewat internet sehingga memicu perpecahan.
Beberapa hal tersebutlah yang harus bisa ditanggulangi oleh pihak terkait seiring dengan tumbuh kembang para generasi. Pengawasan, bimbingan, dan nasihat mungkin langkah umum yang dapat dilakukan. Selain itu, langkah khusus yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan-pendekatan. Melalui berbagai pendekatan, seseorang akan lebih mudah memahami dan mengerti pesan yang akan disampaikan. Selain itu, UU ITE juga bisa diberlakukan untuk membuat efek jera kepada para pelaku, sehingga jika hal ini diberlakukan maka generasi N akan menjadi senjata ampuh sebagai pendobrak menuju masa-masa emas.
Dalam Kompasiana.com 2017, Abdurrrahman (2017) dalam tulisannya yang berjudul Menyelami Dinamika Generasi Gadget dan Permasalahannya menguraikan bahwa William Strauss dan Neil Howe, sejarawan yang menekuni tentang generasi di Amerika, menulis beberapa buku yang berkaitan dengan tipe-tipe generasi. Dua di antara karya mereka adalah Generations: The History of America’Future, 1584 to 2069 (1991) dan Millenials Rising: The Next Great Generation (2000). Dua buku ini mencoba menjelaskan tentang tipologi generasi di Amerika, tetapi hasilnya bisa digunakan referensi psikologi perkembangan di dunia berkembang, termasuk pula di Indonesia.
Berkaitan dengan tipe generasi yang dikemukakan dalam buku tersebut, umumnya karakter generasi N tersebut beragam. Generasi N dikenal sebagai generasi yang memiliki karakter yang lebih tidak fokus daripada generasi milenial, tetapi serba bisa; lebih individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka, lebih cepat terjun ke dunia kerja. Dengan berbagai karakter tersebut, memungkinkan pula generasi N tidak hanya ada di jalur positif, tetapi juga bisa berbelok ke jalur negatif. Artinya, seperti yang sudah diuraikan di atas, kecanggihan teknologi dan kemampuan berteknologi yang dimiliki bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang negatif.
Hal itu sangat mungkin bisa terjadi. Apalagi disampaikan bahwa pikiran generasi N lebih terbuka. Dengan demikian, segala hal bisa diserap oleh generasi N, yakni generasi yang serba bisa. Generasi N bisa mengubah dunia hanya di genggaman ketika akses internet dan teknologi dikuasainya. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi segala kemungkinan terburuk yang terjadi akibat kecanggihan generasi N dalam memanfaatkan teknologi. Berikut adalah dampak buruk yang bisa ditimbulkan dan upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Pertama, akses internet tanpa filter rentan terhadap konten-konten yang tidak sesuai dengan usia anak (pornografi, kekerasan, pergaulan bebas, dan sejenis). Anak dapat mengakses berbagai konten negatif tersebut dengan mudah. Bahkan anak (generasi N) justru lebih canggih dalam urusan akses-mengkases daripada orang tuanya. Oleh karena itu, perlu adanya filter pengawasan yang ketat terhadap konten-konten itu. Lembaga perlu memiliki badan pengawas yang memang khusus mengawasi peredaran konten-konten yang demikian.
Sementara itu, dari pihak keluarga juga perlu memberikan pengawasan secara ketat kepada sang anak (generasi N) dalam pola pengasuhan di keluarga. Yang akan menjadi tantangan besar adalah ketika sang orang tua kalah canggih dengan sang anak. Anak sudah bergerak 5 langkah karena kecanggihan teknologi, tetapi orang tua tetap jalan di tempat pada langkah pertama. Ini membuktikan bahwa pengawasan tidak hanya harus dilakukan oleh orang tua, tetapi juga segenap komponen harus saling mengingatkan agar memanfaatkan teknologi dan kemampuan berteknologi secara arif dan bijaksana demi masa depan yang gemilang.
Kedua, prefrontal cortex dalam otak anak belum matang sehingga informasi yang diterima akan langsung masuk ke pusat perasaan membuat anak melakukan sesuatu tanpa mengerti akibatnya. Hal ini ada benarnya karena usia generasi N tersebut kini (2018) dalam rentangan 8 sampai dengan 23 tahun. Usia tersebut merupakan usia-usia yang sangat rentan dan labil, serta mudah mengarah ke hal-hal yang negatif. Oleh karena itu, selain pemberian pengawasan, pemberian pengertian pun menjadi sangat penting.
Dalam setiap pengertian yang diberikan harus senantisa disandingkan antara yang positif dan negatif, baik dan buruk, boleh dan tidak boleh. Hal ini bertujuan agar anak dapat mengetahui berbagai kemungkinan baik dan buruk atas segala hal yang dilakukan, termasuk dalam penggunaan teknologi. Perlu juga diberikan pengertian berkaitan dengan segala konsekuensi yang bisa terjadi akibat tindakan yang dilakukan. Baik buruknya ada di tangan mereka, hasilnya pun nantinya dinikmati oleh mereka (generasi N). Oleh karena itu, jika ingin menikmati hasil yang baik, maka teknologi harus dimanfaatkan untuk kebaikan. Melalui pengertian seperti itu, diharapkan pola pikir generasi N terbuka untuk menerima masukan-masukan yang baik sehingga output-nya pun akan menjadi baik demi mewujudkan Indonesia emas.
Ketiga, anak cenderung menutup diri dari dunia luar karena lebih asyik berkomunikasi melalui media sosial. Inilah yang menjadikan anak terkesan individual. Komunikasi hanya intens dilakukan pada dunia maya. Jika ini terjadi, genarasi N lama-kelamaan akan hidup di dunia maya semuanya dan melupakan dunia nyata. Oleh karena itu, komunikasi di dunia maya dan di dunia nyata perlu diseimbangkan. Ada batasan-batasan terkait hal-hal apa saja yang perlu dikomunikasikan di dunia maya (media sosial) dan hal-hal apa saja yang harus dikomunikasikan secara langsung.
Faktanya, yang terjadi adalah generasi N yang kini kira-kira sedang berusia 8 sampai dengan 23 tahun sudah lincah menjelajahi media sosial. Mereka tidak bisa mengontrol diri mengenai mana yang pantas dikomunikasikan di media sosial dan yang mana yang tidak pantas. Hal-hal prinsip yang memang bisa dikomunikasikan secara langsung, sebaiknya dikomunikasikan langsung. Ada sesuatu yang privasi yang tidak boleh diumbar begitu saja di media sosial.
Keempat, anak menjadi antisosial, tidak suka bergaul dengan teman, keluarga, dan lingkungan tempat tinggal. Mereka lebih asyik dengan dunianya sendiri. Kasus ini hampir serupa dengan kasus ketiga tadi. Saat segala urusan dapat dilakukan dan diselesaikan di dunia maya akibat kecanggihan teknologi yang ada, maka mereka menganggap bahwa berinteraksi dengan teman, keluarga dan tempat tinggal menjadi tidak penting. Hal yang miris terjadi adalah bahkan berkomunikasi dengan anggota keluarga yang sedang sama-sama ada di rumah pun dilakukan via media sosial. Padahal, mereka hanya dibatasi oleh tembok.
Fakta ini memunculkan pemikiran bahwa “yang dekat terasa jauh dan yang jauh terasa lebih dekat”. Pernyataan ini mengandung maksud, dengan kecanggihan teknologi yang ada seolah-olah yang jauh di luar sana bahkan yang ada di negeri seberang terasa dekat. Akan tetapi, yang berada dekat di sekitar kita terasa jauh karena minimnya melakukan komunikasi secara langsung. Bahkan pada suatu kesempatan jika ada acara berkumpul, baik dengan keluarga maupun rekan, mereka justru tidak memaksimalkan kesempatan itu berkomunikasi dengan keluarga atau rekannya yang sudah nyata-nyata ada di depan mata. Namun, pikiran mereka jauh dengan aktivitas di dunianya masing-masing. Hanya raga mereka saja yang sedang ada di satu tempat yang sama, tetapi mereka sama-sama asyik di dunia mayanya masing-masing. Inilah yang mengakibatkan anak (generasi N) terkesan antisosial.
Upaya yang dilakukan untuk kasus yang keempat ini tentu saja harus dimulai dari diri sendiri. Setiap individu harus menyadari betul pentingnya kehadiran keluarga dan teman dalam hidupnya. Hubungan dengan dunia nyata harus tetap dibina, jangan sampai hanya membina hubungan di dunia maya yang terkadang sifatnya semu semata. Interaksi dengan dunia nyata pun harus intens dilakukan dengan cara setiap ada momen berkumpul usahakan segala media sosial dinonaktifkan agar kita bisa fokus berkomunikasi dengan orang-orang yang kita temui di dunia nyata. Jika semuanya menerapkan pola pikir seperti ini niscaya akan mencapai keseimbangan dalam kehidupan. Penggunaan teknologi pun dapat dibatasi sesuai keperluan dan mengoptimalkannya untuk segala kebaikan.
Jika beberapa hal tersebut mampu diatasi dan dilakukan segala upayanya, niscaya generasi N, generasi yang diidam-idamkan bangsa ini untuk membawa perubahan dan kemajuan peradaban dapat terwujud. Di tangan generasi N inilah, negeri ini menitipkan amanah dalam rangka mewujudkan Indonesia emas 2045.
PENUTUP
Generasi N merupakan generasi emas Indonesia di masa kini dan masa mendatang. Dengan kemampuan yang mumpuni dari generasi N terhadap teknologi, maka mereka akan dapat mengendalikan dunia. Tentu harapan bersama adalah mengendalikan dunia ke arah positif dan ke arah kemajuan bangsa. Oleh karena itu, pengawasan pun patut dilakukan oleh segenap pihak terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2017. “Menyelami Dinamika Generasi Gadget dan Permasalahannya”. (artikel online). https://Kompasiana.com. Diunduh 28 Desember 2018.
Adam, Aulia. 2017. “Selamat Tinggal Generasi Millenial, Selamat Datang Generasi Z”(artikel online). https://tirto.id. Diunduh 28 Desember 2018.
Eun Bin, Kim. 2013. 101 Fakta & Peristiwa “Apa yang Dimaksud Generasi N?”. Jakarta: PT Elex Merdia Kamputindo
Kompas. 2017. Ini Strategi Jokowi Menuju Indonesia Emas 2045. Diambil dari: https://nasional.kompas.com/read/2017/03/27/15123691/ini.strategi.jokowi.menuju.indonesia.emas.2045. Diakses pada : 3 Januari 2018
Simbolon, Pormadi. 2017. “Teori Generasi dan Pembentukan Karakter Anak” (artikel online). https://indonesiana.tempo.co. Diunduh 28 Desember 2018.
Wikipedia. 2019. “Kapasitas Kranium”. diambil dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Kapasitas_kranium. Diakses pada : 3 Januari 2019
Wordsmile. 2018. Kata-Kata Mutiara Bahasa Inggris Teknologi”. Diambil dari: https://www.wordsmie.com/kata-mutiara-bahasa-inggris-teknologi-technilogy-artinya. Diakses pada: 3 Januari 2019