oleh: I Kadek Dianata

Semua orang tahu bahwa karakter sosial seseorang diperoleh dari keluarga itu sendiri. Keluarga merupakan tempat bagi seseorang membentuk karakter-karakter sosial, sehingga dalam kehidupan bermasyarakat apa yang ditekankan dalam keluarga bisa menjadi pedoman atau kerangka dasar untuk membentuk hubungan yang harmonis. Namun, semua itu harus diikuti dengan keluarga yang benar-benar memahami bagaimana memupuk sebuah karakter sosial seseorang yang memberikan kemudahan dalam pergaulan di masyarakat. Mengingat pentingnya budaya literasi bagi bangsa, hendaknya literasi dikembangkan dalam keluarga.

Hal tersebut perlu dilakukan karena keluarga merupakan suatu miniatur pendidikan utama dalam merangsang pola perkembangan anak baik dari aspek intelektual, emosional, maupun spiritual. Salah satu di antaranya yang berkenaan dengan kecanggihan teknologi dan informasi yang kian melaju cepat seiring dinamika zaman. Bagaimana pun juga kekhawatiran akan tetap timbul pada setiap orang tua yang menginginkan anaknya berguna bagi nusa dan bangsa. Tidak bisa diragukan bahwa di tengah kemudahan akses yang serba instan, perlu adanya kontrol dan bimbingan orang tua kepada anak-anaknya terhadap berabagai hal.

Generasi masa depan akan selalu menjadi tumpuan dan harapan untuk memberikan kontribusi terhadap kemajuan bangsa dan negara melalui kelebihannya di bidang-bidang tertentu, sehingga anggapan negatif bahwa generasi masa depan adalah generasi sampah, amatlah tidak berdasar. Patut digarisbawahi bahwa tumbuh kembang anak dalam menjalani masa-masa proses belajar amatlah penting apalagi menyangkut dunia literasi. Oleh karena itu, sangatlah penting memberikan asupan informasi bagi otak dan hati yang kemudian keduanya bertaut membangun konsep, berpikir kritis, dan mampu melahirkan kreativitas sang anak.

Berdasarkan prinsip yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara bahwa di dalam tri pusat pendidikan terdapat tiga pihak yang sangat berpengaruh, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karen itu, keluarga adalah bagian dari masyarakat yang memiliki peranan penting sekaligus menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembentuk karakter anak sejak dini. Keluarga sebagai salah satu unit terkecil yang ada di dalam masyarakat dapat menjadi kunci utama untuk menghidupkan budaya literasi. Budaya literasi yang ditanamkan keluarga kepada sang anak dapat menjadi banteng pembatas  hal-hal negatif seperti kecanduan gadget atau sejenisnya pada anak.

Budaya literasi dalam keluarga merupakan sebuah upaya guna menumbuhkembangkan karakter anak dalam menghadapi kehidupan sesuai dengan masanya. Upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan pemahaman terhadap beragam teks. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi memunculkan berbagai macam teks berbasis IT (informasi dan teknologi). Menyadari arti penting dalam pembentukan budaya literasi, seharusnya kesadaran budaya literasi merambah ke dalam setiap keluarga sebagai unsur masyarakat dan bangsa. Dengan kata lain, kedua unsur tersebut mestinya juga mendapatkan pembinaan agar mampu melaksanakan sesuai perannya.

Aktivitas literasi dalam keluarga beraneka ragam. Hal tersebut dapat diawali dari keteladanan orang tua menyisihkan waktunya untuk membaca, memberi fasilitas kepada anak-anak sejak usia dini agar gemar membaca. Selain itu, tidak lupa pula untuk memberi motivasi akan pentingnya membaca. Secara praktis, orang tua memberikan ruang kepada anak, baik moral atau material agar anak menyisihkan waktu untuk membaca seperti mengajak ke toko buku, perpustakaan, museum atau membeli salah satu produk media.Implikasi dari keluarga yang literat akan menghasilkan orang tua yang paham terhadap perkembangan anaknya. Tidak ada pengekangan, tetapi secara langsung memantau serta selalu membimbing sesuai keunikan masing-masing anak. Pada dasarnya, setiap anak memiliki potensi dan keunikan masing-masing. Dari sini dapat diketahui peran penting budaya literasi di dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu, sebagai warga yang baik, spirit budaya literasi akan dibangun sesuai kemampuan dan kreativitas masing-masing.

Dengan berbagai pemikiran yang berlawanan terhadap peran keluarga dalam memupuk literasi yang harmonis di berbagai kalangan, maka orang tua sangat berperan penting dalam hal ini. Orang tua harus mampu menjadi pedoman dalam setiap pembentukan karakter sosial yang akan menjadikan individu-individu tersebut, sebagai seseorang yang memiliki pemahaman dalam literasi karakter sosial yang membudaya dalam diri. Secara tidak langsung membuka pemikiran kita bahwa strata sosial yang berbeda  menjadikan halangan untuk membentuk pondasi yang kuat dalam masuknya karakter-karakter eksternal dan internal sosial yang ingin mengubah perspektif tatanan literasi sosial budaya di dalam keluarga itu sendiri. Setidaknya keluarga mampu menyaring dan memilah pemahaman yang menyimpang dalam proses penguatan akhlak dan pribadi dalam tantangan mewujudkan literasi keluarga saat ini.

Banyak hal yang menjadi tantangan dalam mewujudkannya. Faktor lingkungan pendidikan sangat berpengaruh dalam membentuk literasi keluarga, karena cara berpikir seseorang akan bergantung terhadap apa yang akan mereka terima di dalam pemahaman karakter, norma, dan konsep sosial yang akan memperkuat pembentukan literasi di semua kehidupan bermasyarakat. Selain itu, di dalam membudayakan literasi, perlu menggandeng berbagai aspek pendukung komunikasi yang intens dengan semua karakter yang berbeda di dalalam keluarga. Namun faktanya saat ini komunikasi sudah jarang dilakukan dalam ruang lingkup keluarga itu sendiri. Ini disebabkan oleh perkembangan zaman yang begitu pesat, semua lebih mengutamakan yang namanya gadget atau media elektronik ini yang menyebabkan komunikasi menjadi hal yang tidak begitu penting lagi. Tidak ada yang namanya kontak sosial di dalam keluarga. Padahal semua itu akan mempererat satu sama lain yang akan memperkuat literasi di dalam keluarga. Di dalam membangun budaya literasi perlu didasari dengan kedekatan respons sosial satu sama lain menjadikan sebuah keluarga, sebagai pembentuk pondasi literasi yang membudaya untuk penguatan karakter, norma, dan konsep sosial. Namun, tantangan terbesar dalam penguatan literasi adalah bagaimana mendorong budaya tenggang rasa dan rasa saling memiliki menjadi sebuah kesadaran tersendiri dalam membentuk budaya literasi di zaman globalisasi pada saat ini. Hal inilah yang penting ditanamkan dan dibentuk oleh keluarga sejak dini. Dengan optimalisasi peran keluarga (orang tua) dan pemberian perhatian yang lebih pada pembentukan budaya literasi anak, niscaya setiap keluarga akan mampu melahirkan generasi literat yang mampu berdaya saing dan memiliki kemandirian. (Penulis adalah mahasiswa semester II Program Studi Pendidikan Agama Hindu, STKIP Agama Hindu Amlapura)

Hubungi kami di WhatsApp
1