Nasib Pedagang Kaki Lima Semasa Pandemi
oleh: Ni Luh Putu Novi Delia Wahyuni

Covid-19 menyebabkan kerugian pada berbagai sektor. Mulai dari wisata, transportasi, perekonomian negara, sampai pedagang kaki lima. Semenjak aturan karantina atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), semua warga dianjurkan untuk membatasi intensitas keluar rumah untuk menghindari bertambahnya kasus covid-19. Oleh sebab itu, ini membuat pedagang kaki lima sepi pelanggan. Bahkan beberapa dari mereka tidak dapat berjualan karena dilarang oleh pemerintah setempat. Sementara, pedagang kaki lima yang masih boleh berjualan di beberapa daerah menanggung risiko besar seperti sanksi ketika membuka lapaknya disetiap sudut ramainya kota.

Berbeda halnya dengan warung yang memiliki tempat khusus berjualan, pedagang kaki lima harus berkeliling atau menetap di sudut-sudut ramai kota. Namun sejak pandemi, ramainya kota tak terlihat lagi karena adanya aturan PSBB. Apalagi dengan keaadaan pandemi seperti ini kebanyakan masyarakat berbelanja dengan secara online. Kemudian barang belanjaan tersebut diantar ke rumah oleh kurir. Bahkan selama pandemi para orang tua lebih menjaga makanan anak – anak mereka untuk tidak jajan di pinggir jalan seperti pedagang kaki lima.

Perekonomian para pedangang kaki lima pun semakin tercekam karena mereka harus memenuhi kebutuhan keluarga mereka agar tetap bisa makan. Oleh karena itu, dapat dikatakan akibat pandemi covid-19 membuat perekonomian dari berbagai sektor menurun drastis terutama nasib dari para pedagang kaki lima.

(Ni Luh Putu Novi Delia Wahyuni merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Hindu angkatan 2020/2021)

Leave A Comment

All fields marked with an asterisk (*) are required

Hubungi kami di WhatsApp
1